UNIMUDA Sorong Lepas 320 Mahasiswa KPM 2025: “Shaping the Future” untuk Lingkungan dan Masyarakat 👁️️ 196

By Nursalim Senin, 20 Oktober 2025 | 16:46 pm Kegiatan

UNIMUDA Sorong Lepas 320 Mahasiswa KPM 2025: “Shaping the Future” untuk Lingkungan dan Masyarakat

UNIMUDA News | Sorong, 20 Oktober 2025 — Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong kembali meneguhkan komitmennya terhadap pengabdian masyarakat melalui pelaksanaan Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) Tahun 2025, yang berlangsung mulai 20 Oktober hingga 20 November 2025.

Dua hari sebelumnya, tepatnya pada 18 Oktober, seluruh peserta KPM telah mengikuti pembekalan dan prosesi pelepasan yang dibuka secara resmi oleh Sekretaris Universitas, Dr. Nursalim, M.Pd.. Momentum tersebut menandai kesiapan kampus untuk kembali mengirimkan duta-duta pengabdian ke berbagai kampung dan komunitas di Tanah Papua, seraya meneguhkan kembali semangat Catur Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah.

KPM 2025 mengusung tema besar “Shaping the Future”, yang menempatkan masa depan lingkungan dan masyarakat sebagai arah gerak utama. Tema ini diwujudkan melalui berbagai fokus kerja yang menautkan persoalan nyata di tingkat kampung dengan pendekatan ilmiah dan kolaboratif, seperti:

Sebanyak 320 mahasiswa diterjunkan ke berbagai lokasi strategis — Kabupaten Fakfak, Raja Ampat, Kabupaten Sorong, dan Kota Sorong. Mereka dibagi dalam kelompok lintas disiplin dan berkolaborasi dengan perangkat kampung, sekolah, komunitas lokal, serta pelaku UMKM, guna merancang solusi yang kontekstual dan berkelanjutan.

Kekuatan KPM tahun ini terletak pada model kemitraan kolaboratif yang menyatukan kampus, dunia usaha, dan organisasi konservasi.

  • Pengelolaan dan edukasi sampah,

  • Pemanfaatan pekarangan produktif,

  • Penguatan praktik hutan lestari, dan

  • Literasi lingkungan.

  • BNI memberikan dukungan nyata berupa 350 bibit matoa yang didistribusikan ke seluruh lokasi KPM. Bibit matoa bukan sekadar simbol penghijauan, melainkan investasi ekologis dan sosial-ekonomi jangka panjang—buah lokal bernilai jual, cocok untuk edukasi agroforestri, serta sejalan dengan agenda ketahanan pangan keluarga.

  • Flora Fauna Indonesia (FFI) dan Yayasan Kasuari turut hadir memperkuat pembekalan mahasiswa dengan materi seputar konservasi berbasis sains, etika lapangan, dan pendekatan partisipatif yang menghormati budaya lokal. Kedua lembaga ini juga memfasilitasi lokasi pengabdian di wilayah dampingan mereka, memastikan program mahasiswa terhubung dengan ekosistem pendampingan yang berkelanjutan.

Selama satu bulan ke depan, mahasiswa akan menjalankan rencana kerja yang menyeimbangkan dampak cepat dan fondasi perubahan jangka panjang.

  • Di kampung yang menghadapi persoalan sampah, mahasiswa menginisiasi edukasi reduce–reuse–recycle.

  • Di wilayah dengan lahan terbatas, pekarangan diubah menjadi ruang praktik hijau dengan kompos rumah tangga, sayuran cepat panen, dan tanaman obat keluarga.

  • Di daerah sekitar hutan dan perbukitan, mahasiswa menghidupkan kelas warga konservasi dan melakukan penanaman bibit pada titik rawan erosi.

Setiap kelompok mencatat aktivitasnya melalui logbook, dokumentasi foto, dan narasi lapangan agar pengalaman ini menjadi pengetahuan bersama yang dapat direplikasi di masa mendatang.

Dalam sambutannya, Dr. Nursalim, M.Pd., menegaskan bahwa KPM bukan sekadar program wajib, tetapi ruang belajar sosial yang membentuk karakter dan empati mahasiswa.

“KPM adalah ruang belajar yang mengubah cara pandang mahasiswa dari sekadar membantu menjadi bermitra. Kami menekankan etika kerja lapangan, kepekaan budaya, dan akuntabilitas berbasis data. Dengan dukungan BNI, FFI, dan Yayasan Kasuari, setiap aksi — dari pemilahan sampah hingga penanaman 350 bibit matoa — harus memiliki indikator jelas, dampak terukur, dan rencana keberlanjutan. Shaping the Future bukan slogan; ini mandat untuk bekerja bersama warga dan memastikan perubahan kecil hari ini menjadi kebiasaan baik esok hari,” ujarnya.

KPM menjadi laboratorium sosial tempat mahasiswa mengasah kepemimpinan, komunikasi, kolaborasi, dan negosiasi dengan berbagai aktor masyarakat. Sementara bagi masyarakat, KPM hadir sebagai pemantik perubahan nyata — lingkungan lebih bersih, pekarangan lebih produktif, dan tumbuhnya kesadaran menjaga alam sebagai warisan antargenerasi.

Ketika 350 bibit matoa ditanam serentak di berbagai lokasi KPM, publik disuguhi gambaran konkret bagaimana pendidikan tinggi bekerja sama dengan mitra untuk menanam harapan. Setiap bibit yang tumbuh menjadi penanda bahwa pengabdian bukan sekadar seremonial, melainkan gerakan keberlanjutan.

Program ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama pada poin kota dan komunitas berkelanjutan, konsumsi dan produksi bertanggung jawab, aksi iklim, serta ekosistem daratan.

KPM 2025 akan ditutup pada 20 November 2025 dengan diseminasi capaian dan praktik baik dari seluruh lokasi. Namun, bagi UNIMUDA Sorong dan para mitranya, penutupan itu bukan akhir — melainkan titik awal perjalanan panjang membentuk masa depan yang hijau, tangguh, dan berkelanjutan. (HSD_Nsl).

By Nursalim Senin, 20 Oktober 2025 | 16:46 pm

Artikel Terbaru